Syair “Riau Negeri yang Kaya” Suarakan Kritik Terhadap Kebijakan Pengelolaan Aset Daerah

Febriansyah Selaku Ketua Umum Pengurus Wilayah KAMMI Riau 2025-2027

Pekanbaru, 14 Mei 2025 — Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Wilayah Riau, Febriansyah, S.Pi, menyampaikan aspirasi dan keprihatinan masyarakat melalui sebuah syair berjudul “Riau Negeri yang Kaya (Tentang Rakyat Riau yang Bertanya)”. Karya tersebut merupakan bentuk refleksi sekaligus kritik terhadap kondisi pengelolaan keuangan daerah dan rencana pelepasan aset yang dinilai mengabaikan nilai historis dan kultural tanah Melayu.

Dalam syair tersebut, Febriansyah menyoroti persoalan defisit anggaran Pemerintah Provinsi Riau yang disebut-sebut mencapai Rp3,5 triliun. Namun demikian, ia menolak anggapan bahwa pelepasan tanah dan aset daerah dapat dijadikan solusi utama atas permasalahan fiskal. Menurutnya, tanah Riau bukan sekadar komoditas, melainkan warisan budaya dan amanah sejarah yang harus dijaga dan dilestarikan.

“Tanah ini bukan perniagaan,
Ia sumpah pada leluhur dan rakyat,”
tulisnya dalam salah satu bait.

Syair tersebut juga memuat seruan moral kepada para pemimpin daerah, khususnya Gubernur Riau, agar lebih berpihak kepada kepentingan jangka panjang masyarakat dan menunjukkan keberanian dalam memperjuangkan hak-hak daerah di tingkat pusat. Kritik disampaikan dengan bahasa sastra Melayu yang halus namun tajam, mengingatkan bahwa kesabaran rakyat bukan berarti persetujuan, melainkan bentuk kearifan yang dapat berubah menjadi tuntutan jika diperlukan.

“Diam rakyat bukan tanda setuju,
Tapi sabar yang disimpan, bila perlu menyeru.”

KAMMI Wilayah Riau menilai penting untuk menjaga marwah negeri dengan tidak menjadikan warisan leluhur sebagai solusi jangka pendek atas permasalahan anggaran. Selain itu, organisasi ini mendorong pemerintah daerah untuk mengevaluasi kembali strategi pengelolaan fiskal secara lebih bijaksana dan berkeadilan.

Syair “Riau Negeri yang Kaya” telah mendapatkan perhatian luas dari masyarakat, tokoh adat, serta kalangan intelektual yang menilai bahwa pendekatan kebudayaan dalam menyampaikan kritik merupakan bentuk kearifan lokal yang perlu diapresiasi.

Penulis: kaharuddin

Editor: Kaharuddin

Tinggalkan Komentar

Iklan