Mendekatkan Seni Budaya Nusantara kepada Gen Z: Seni Tradisi sebagai Ruang Hiburan dan Kesehatan Mental
MUDAUPDATE.COM — Kegiatan Semarak Budaya Betawi 2025 yang digelar di Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, menjadi momentum penting upaya pelestarian budaya Betawi sekaligus pendekatan baru untuk mengenalkan seni budaya Nusantara kepada Generasi Z. Acara yang diinisiasi oleh Komunitas Ngoempoel Anak Muda Jagakarsa, Jagyong Community, berlangsung meriah dengan dukungan penuh dari Wakil Ketua Komisi X DPR RI, DR. Kurniasih Mufidayati, serta Kementerian Kebudayaan.
Jagyong Community membentuk Divisi Seni dan Budaya dengan tujuan mengenalkan, menjaga, dan melestarikan kebudayaan asli Indonesia, khususnya kepada generasi muda. Langkah ini diapresiasi karena menjawab tantangan besar hari ini: terjadinya culture lag antara Gen Z dan budaya Nusantara.
GEN Z DAN GAP KEBUDAYAAN
Gen Z, generasi yang lahir antara 1997 hingga 2012 tumbuh dalam era globalisasi dan digitalisasi yang masif. Banyak dari mereka lebih akrab dengan budaya populer luar negeri dibanding budaya sendiri. Fenomena ini menjadi tantangan bagi para pegiat budaya.
Kajian mengenai perilaku Gen Z menunjukkan bahwa mereka tertarik pada sesuatu yang:
-
Relate (berhubungan dengan dirinya)
-
Relevan (memberi manfaat nyata)
-
Autentik (tulus dan apa adanya)
Agar seni budaya Nusantara diterima, pengalaman budaya harus memenuhi tiga unsur ini.
GEN Z DAN KERENTANAN KESEHATAN MENTAL
Gen Z merupakan generasi yang sangat terbuka terhadap isu kesehatan mental, namun juga paling rentan mengalami stres, kecemasan, hingga depresi. Tekanan akademik, tuntutan sosial, serta paparan media digital menjadi faktor pemicunya.
Seni budaya memiliki dua fungsi penting: sebagai hiburan dan sebagai media kesehatan. Pertunjukan musik, tari, maupun teater terbukti mampu merangsang respons emosional positif yang membantu menjaga kesejahteraan mental.
SENI BETAWI SEBAGAI SARANA KESEHATAN MENTAL
Pada acara Semarak Budaya Betawi, penonton disuguhkan penampilan:
-
Palang Pintu
-
Gambang Kromong
-
Tari Nandak Ganjen
Pertunjukan Palang Pintu menjadi sorotan berkat kelucuan, pantun yang segar, serta atraksi silat yang menghibur. Gelak tawa penonton menggambarkan kuatnya fungsi seni sebagai sarana relaksasi emosional.
Menurut literatur kesehatan, tertawa memberikan manfaat seperti:
-
Mengurangi stres
-
Meredakan gejala depresi
-
Mengurangi risiko penyakit jantung
-
Meningkatkan imunitas
-
Mengurangi nyeri
-
Meningkatkan kualitas tidur
-
Mengurangi rasa kesepian
-
Meningkatkan daya tarik sosial dan rasa percaya diri
Jika seni budaya mampu menghadirkan tawa, kebersamaan, dan rasa hangat, seni tersebut bukan hanya menghibur tetapi juga membantu proses penyembuhan mental.
MENJEMBATANI GEN Z DAN BUDAYA NUSANTARA
Untuk mendekatkan seni budaya kepada Gen Z, pendekatannya perlu diarahkan agar:
✔ Relate dengan kehidupan dan tantangan emosional mereka
✔ Relevan dengan kebutuhan kesehatan mental dan hiburan
✔ Autentik, tanpa pencitraan dan terasa tulus
Dengan begitu, seni budaya menjadi pengalaman yang bermakna, bukan sekadar tontonan.
KESIMPULAN
Seni budaya Nusantara dapat kembali dicintai Gen Z apabila dihadirkan dengan cara yang sesuai karakter, kebutuhan emosional, dan nilai keaslian yang mereka cari. Pendekatan ini terbukti efektif, sebagaimana terlihat pada kegiatan Semarak Budaya Betawi 2025, di mana seni tradisi tidak hanya memperkuat identitas budaya, tetapi juga menghadirkan ruang sehat bagi mental generasi muda.
Penulis: Oleh: Nur Arif Hidayat Pemerhati Budaya — Jagakarsa, Kampung Konservasi Budaya DKI Jakarta






